Selasa, 29 April 2008

Pendididkan Pranatal dan Pascanatal

PENDIDIKAN PRANATAL

1. Tanggung Jawab Pendidikan

Imam Ghazali mengatakan “ Anak merupakan amanah bagi kedua orang tuanya, hatinya uang masih suci merupakan mutiara yang masih polos tanpa ukiran dan gambar. Ia siap diukir dan cenderung kepada apa saja yang mempengaruhinya. Jika ia dibiasakan dan diajarkan untuk berbuat baik maka akan tumbuh menjadi anak yang baik, begitu juga sebaliknya.

Allah telah memerintahkan orang tua untuk mendidik anak – anak mereka, seperti dalam Firman Allah ( At-Tahrim : 6 ).

Untuk itu kita harus mencurahkan segala upaya untuk meluruskan anak – anak kita.

2. Menikah Dengan Wanita Shalihah dan Pendidik.

Orang yang hendak menikah, hendaklah terlebih dahulu mempertimbangkan pasangan yang akan diajak untuk membangun keluarga. Hal – hal yang perlu diperhatikan yaitu factor Agama, keturunan, harta, dan rupa.

Factor tak kalah penting membantu sang ayah mendidik anaknya adalah istri yang shalihah yang dapat memahami fungsinya sebagai orang tua yang akan menjadi panutan anak – anaknya. Wanita yang berkarakter shalihah akan menyenangkan hati dan dapat dipercaya untuk menjaga diri dan mampu menjaga harta suami serta mampu mendidik anak dengan baik.

3. Pernikahan

Pernikahan merupakan nikmat yang dianugerahkan Allah kepada manusia. Ini merupakan sunnah para Rasul. Allah berfirman dalam surat ( Ar-Rum : 21 ).

Pernikahan Islam bukan hanya sekedar memenuhi kebutuhan biologis, pernikahan islam mempunyai tujuan luhur yaitu :

  1. Memperbanyak jumlah kaum muslimin dan membahagiakan hati Nabi
  2. Menjaga kesucian jiwa dan mendekatkan diri kepada Allah
  3. Membentuk generasi muslim
  4. Melanjutkan keturunan umat manusia

4. Jima’ ; Mengharapkan Anak Shalihah

Andaikan salah seorang diantara mereka ketika mendatangi isterinya lalu mengucapkan “ Bismilahi Allahumma….dst. ( Dengan nama Allah, ya Allah jauhkanlah setan dari kami dan jauhkanlah setan dari apa yang dianugerahkan kepada kami ), lalu dari hubungan itu ditakdirkan lahir seorang anak, maka ia tidak akan diganggu oleh setan, insyak Allah.

5. Pahala Memberi Nafkah Isteri Dan Anak

Pemberian nafkah mempunyai pengaruh baik dalam proses pendidikan, pemberian nafkah tanpa berlebihan dan tidak terlalu kikir hal ini bisa menjadikan pelajaran untuk membelanjakan harta sesuai dengan kadar kemampuan, dan menjadi pengaturan yang baik mengenai perekonomian rumah tangga.

6. Anak Yang Belum Berwujud

Setelah menikah, maka keduanya memohon agar dikaruniai keturunan yang baik. Apabila pasangan tersebut belum dianugerahkan anak, maka mereka mestinya menambah kesabaran dan berdoa dengan sungguh – sungguh. Allah berfirman dalam surat ( Al- Insan : 1 ) artinya : “ Bukanlah telah datang atas manusia suatu waktu dari masa, sedang dia ketika itu belum merupakan suatu yang bias disebut.”

7. Anak Yang Masih Berupa Nutfah

Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur, yang kami hendak mengujinya, karena itu kami jadikan ia Mendengar dan Melihat “. ( Al – Insan : 2 ). Ayat diatas mengajak manusia berfikir tentang asal mulanya dan tentang materi yang tersusun menyatu, agar ia menyadari nikmat Allah. Sehingga ia tidak sombong, dan menolak untuk beribadah kepada Allah.

8. Sekilas Tentang Penciptaan Dan Perkembangan Janin Dalam Rahim

Setelah terjadi pembuahan antara sel sperma dan indung telur, mulailah terjadi proses pertama pembentukan janin. Rasullallah bersabda,

Sesungguhnya anak manusia itu diciptakan pertama kalinya didalam perut ibunya selama empat puluh hari dalam bentuk Nuthfah. Kemudian ia tersusun menjadi sesuatu yang menggantung, dan kemudian menjadi segumpal daging. Setelah itu diutuslah seorang malaikat meniupkan Ruh kedalamnya dan diperintahkan untuk menetapkan 4 hal : Menulis Rezekinya, Ajalnya, Amalannya, dan Sengsara 1 Bahagianya”.

( HR Bukhari M )

9. Pengaruh Orang Tua Yang Shalih Terhadap Anak

Keshalihan kedua orang tua merupakan teladan yang baik bagi anak, mempunyai pengaruh yang besar terhadap kejiwaan anak. Apabila orang tuanya ada kerjasama antara keduanya untuk hal tersebut. Maka anak ikut tumbuh pula dalam ketaatan dan kepatuhan kepada Allah karna mencontoh kedua orang tuanya. Inilah yang ditegaskan oleh ayat yang mulia, “ Sebagian keturunan menyerupai turunannya”. ( Al- Imran : 34 )

10. Anak, Perhiasan Kehidupan Sekaligus Fitrah

Anak adalah karunia dari Allah, mereka adalah perhiasan kehidupan, akan tetapi kita dapati orang – orang kafir tertipu oleh perhiasan ini. Mereka lalai terhadap Allah. Allah berfirman “ Harta dan anak – anak adalah perhiasan kehidupan dunia.akan tetapi amalan – amalan yang kekal lagi baik adalah lebih baik pahalanya disisi rabb mu, serta lebih baik untuk dijadikan harapan “. ( Al- Kahfi : 46 )

Jangan sampai kecintaan kepada mereka melalaikan mereka dari perintah dan larangan allah, dan jangan sampai mereka justru jadi penyebab kemungkaran allah.

Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak – anak mu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya disisi allahlah pahala yang besar.” ( Al – Anfal : 28 )

PENDIDIKANPASCANATAL

Proses Persalinan

Seorang ibu yang menghadapi kelahiran bagi pasti merasakan betapa lelah, baik secara fisik maupun kejiwaan. Detik – detik ketika melahirkan merupakan saat – saat genting bagi pasutri. Seorang wanita pada saat-saat seperti ini sangat perlu menghadapkan diri kepada Allah memanjatkan doa secara sungguh – sungguh dan ikhlas serta memperbaharui taubat Nasuha. Agar dimudahkan proses bersalinnya, dan diberikan kekuatan menahan rasa sakit insya Allah pertolongan Allah tidak pernah berhenti dan rahmat Nya tidak pernah terputus sekejap pun. Inilah yang diisyaratkan oleh Firman Allah “ Kemudian ia memudahkan jalannya “.( Abasa : 20 ).

Sang janin keluar dari perut ibunya dan masa kehidupan janin pun berakhir sudah untuk memulai kehidupan yang baru. Dari sini mulai mempunyai hak – hak yang menjadi kewajiban bagi orang tuanya, yaitu sebagai berikut :

1. Hari Pertama Kelahiran Bayi

a. Upacara Selamat Atas Kelahiran Bayi

Orang – orang sekitar akan memberikan salam ucapan kebahagiaan, sebagai upacara selamatnya para Malaikat yang disampaikan utusannya yang mulia.

b. Kumandang Adzan Ditelinga Kanan dan Iqomah Ditelinga Kiri.

Rahasia dan hikmah dari hal itu yaitu :

Ø Adzan merupakan bagian dari syiar- syiar Islam

Ø Pemberitahuan tentang islam agama Allah

Ø Agar suara yang pertama- tama didengar sang bayi adalah kalimat –

kalimat yang berisi kebesaran Allah dan keagungan Allah serta syahadat yang pertama – tama memasukkannya kedalam Islam.

Ø Agar seruan menuju Allah, itu mendahului ajakan setan.

2. Hari Ketujuh

  1. Memberi Nama.

Memberikan nama yang baik dan julukan yang mulia, hal itu akan benar – benar terpatri didalam jiwa sejak pertama kali mendengarnya

  1. Mencukur Rambut

Rasullullah pernah berkata kepada Fatimah ketika melahirkan hasan, “ Wahai fatimah cukurlah rambutnya lalu bersedekahlah dengan mengeluarkan perak seberat timbangan rambutnya “.

  1. Aqiqah

Keuntungan Aqiqah dan hikmahnya yaitu :

ü Mengikuti ajakan untuk menjadi dermawan dan mengendalikan diri dari sikap bakhil

ü Sebagai penebus gadaian sang bayi yang dilahirkan itu, karena ia bergadai oleh Aqiqahnya.

ü Sebagai pengobatan anak itu sendiri dijalan Allah, seperti yang pernah dilakukan Nabi Isma’il.

  1. Khitan

Khatthabi mengatakan khitan termasuk amalan sunnah namun Rasullullah bersabda “ Barang siapa yang masuk islam, hendaklah ia berkhitan sekalipun sudah tua”. Bias dikatakan bahwa khitan merupakan kewajiban, sebab merupakan lambing syiar Agama agar sang bayi dapat Sya’faat dan mengikuti jejak Nabi.

3. Menyusui Hingga dua Tahun

Seorang ibu wajib meyusui anaknya, karena sang bayi sangat membutuhkan sentuhan lembut dari ibunya. Allah berfirman dalam surat Al – Baqarah : 233, yang artinya : Para ibu hendaknya menyusukan anak – anaknya selama 2 tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan “.

Allah mewajibkan ibu untuk menyusui anaknya selama 2 tahun penuh, sebab Allah swt tahu bahwa periodeini sangat penting dari berbagi aspek, baik kesehatan maupun kejiwaan, ASI akan membentuk sang bayi secara baik. Beberapa keistimewaan menyusu ASI yaitu :

ü Bayi yang menyusui ASI, akan terbebas dari ancaman penyakit

ü Bayi menetek air susu yang bersih dan steril

ü ASI adalah air susu yang tidak dingin dan tidak panas

ü Memberikan Anti bodi khusus

ü Menumbuhkan kasih saying dan kemesraan tersendiri derta akan semakin menguatkan ikatan perasaan antara ibu dan bayi.

4. Hak Pengasuhan Bagi Ibu

Dalam hal mengasuh ibu dalam hal ini lebih mampu dari pada kaum pria, karena memang mereka diciptakan, mempunyai kemampuan seperti itu. Ditambah lagi dengan adanya sifat kelembutan, kasih sayang, kesabaran, ketabahan, yang dimilikinya.

5. Pembina Kepribadian Dari 2 ( Dua ) Tahun Hingga Baligh.

Tempat yang paling subur bagi pembinaan pendidikan adalah fase kanak –

kanak yang merupakan fase terpanjang.

a. Pembinaan Aqidah

Ada 5 ( Lima ) pilar mendasar didalam menanamkan Aqidah, yaitu :

ü Mendikte anak dengan kalimat tauhid

ü Mencintai Allah, memohon pertolongan Allah, merasa diawasi oleh nya. Serta iman kepada Qodo – Qodar

ü Menanamkan kecintaan terhadap Nabi

ü Mengajarkan Al – Quran

ü Menanamkan Aqidah yang kuat

b. Pembinaan Ibadah

Ibadah kepada Allah akan memberikan penyarul yang mengagumkan pada jiwa anak hatinya akan senantiasa tenang terutama ketika ia mendengarkan Al Qur’an, melaksanakan Shalat dan Puasa. Kanak – kanak adalah masa persiapan, latihan dan pembiasaan untuk masa taklif, ketika ia baligh. Dengan begitu pelaksaan kewajiban akan terasa ringan, karma sudah terbiasa sebelumnya. Contoh dalam kehidupan sehari – hari :

ü Shalat

Ø Memerintahkan Shalat dan mengajarinya Shalat

Ø Memukul anak jika enggan Shalat

Ø Mendidik anak agar menghadiri Shalat Berjama’ah

c. Pembinaan Akhlaq

ü Adap sopan santun

ü Jujur

ü Menjaga rahasia

ü Amanah

ü Lapang dada

ü Tidak mendengki

d. Pembinaan Perasaan

ü Kecupan dan kasih sayang kepada anak

ü Bermain dan bercanda kepada anak

ü Membelai kepada anak

ü Menyambut kedatangan anak

ü Adil dalam mencintai anak tidak lebih atau tidak kurang, dll…

“ Semoga Allah memberikan anak shalih dan shalihah kepada kita yang akan membantu kita dalam mentaati Allah, mengingatkan kita mana kala lupa serta memberikan nasihat kepada kita manakala kita jauh dari Agama.” Amin ya Rabb…









eeemhhh....kayak gene ne....akur..wheheheh...!!!!


Senin, 21 April 2008

IKHLAS KOK ABOT YA…

Ikhlas, satu kata yang gampang diucap tapi susah dipraktekkan. Padahal ini menjadi salah satu syarat penting diterimanya satu amalan. Karena amal yang yang diterima oleh Gusti Allah itu, selain harus ada contohnya dalam agama, harus dilandasi rasa ikhlas ini. Lha ini yang susah.

Amalan yang ikhlas adalah amalan yang ditujukan hanya untuk mencari ridho dan rahmat Allah. Tidak ada tujuan lain kecuali itu saja. Jadi amalan ikhlas itu sebenarnya bertendensi juga, yakni mencari ridho dan rahmat Allah. Ada orang yang berpendapat, bahwa jika kita beramal agar kita masup surga maka amalan kita itu gak ikhlas. Soalnya masih ada embel-embel selain Allah, dan masih ada keniatan buat makhluk, yakni surga. Hmmm, apa betul begitu ya?

Ada juga yang mengatakan, bahwa jika kita beramal soleh dan menjauhi maksiat karena takut masup neraka, maka itupun gak ikhlas. Karena ada ketakutan kepada selain Allah, ketakutan pada makhluk, yakni neraka. Weh… rodo abot ki. Hare gene kok postingane abot...

Seyogyanya sebelum mengatakan ikhlas dan gak ikhlas kita merujuk kepada apa Firman Allah mengenai hal ini. Pertama di satu hadits Qudsi yang shahih, riwayat Imam Muslim. Di hadits Qudsi itu Allah berfirman kepada surga : “Adapun engkau wahai Surga, merupakan tempat Rahmat-Ku. Aku merahmati denganmu pada siapa saja yang Aku Kehendaki…” (Riyadhus Shalihin, Bab Keutamaan Kaum Rendah dan Orang Fakir dari Kaum Muslimin).

Di hadits itu Allah menyatakan bahwa surga adalah bentuk dari Rahmat-Nya. Bahkan di hadits lain Nabi saw menegaskan, bahwa seseorang itu masuk surga itu dikarenakan Rahmat Allah. Maka meskipun surga itu makhluk, itu merupakan bentuk Rahmat-Nya. Sehingga apabila seseorang beramal dengan berharap masuk surga dengan amalnya itu, sebenarnya tidak mengurangi kadar ikhlasnya. Karena amalan yang ikhlas itu sendiri adalah amalan yang ditujukan untuk mencari dan berharap Ridho dan rahmat Allah.

Coba perhatikan ayat ini : “Berlombalah (bersegeralah) kepada ampunan dari Tuhan kalian dan (bersegeralah) kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi…” (S. Al Hadid ayat 21). Ha wong kita ini disuruh berlomba dan bersegera menggapai surga. Dan ini perintah Allah. Tentunya menggapainya dengan amal, bukan dengan ngowoh, ngeces, ngorok sehari penuh. Maka beramal dengan berharap masup surga itu tetap masih dalam koridor ikhlas, yakni menggapai ridho Allah dan Rahmat-Nya yang diwujudkan dengan Surga.

Adapun takut kepada neraka itu tertuang didalam surat Al Baqoroh ayat 24 : “Maka jika kalian tak memperbuatnya, dan kalian tidak akan bisa memperbuatnya (yakni membuat ayat/surat tandingan Al Qur’an) maka takutlah kalian kepada Neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, disediakan bagi orang yang kafir.”

Takut neraka adalah perintah Allah pada ayat itu. Maka takut kepada neraka tidaklah mengurangi kadar ikhlas satu amalan. Karena takut kepada neraka adalah satu perintah. Ha wong gak usah diperintah takut saja, kalo sudah meruhi sendiri, nanti lak pating jondhil. Girap-girap gak karuan…

Yang susah itu adalah menjaga agar amalan kita tak bertujuan kepada makhluk. Riya’ (pamer), sum’ah (suka kemasyhuran), umuk, ujub (mengherani diri sendiri) hasad, dlsb… merupakan penyakit hati yang bisa merusak amal. Kadang-kadang setelah kita beramal, kita merusaknya secara gak sadar dengan ucapan-ucapan kita. Contohnya begini:
Seorang ibu-ibu tanya pada seorang ustadz di satu pengajian yang dihadiri ratusan peserta : “Tadz mau nanya, tadi malam pas saya sholat tahajud, ha kok ada kecoa liwat. Saya digremeti sampai kegelian. Tapi saya tetap coba tenang. Namun tetep agak terganggu… saya khawatir sholat saya gak diterima Allah, Gimana ini ustadz? “ Pertanyaan biasa, tapi berpotensi menjadi ajang umuk tentang sholat tahajudnya, tentang ketegarannya ngadepi gremetan kecoa dan tentang kelembutan hatinya yang kawatir amalnya gak diterima. Kita gak bisa langsung menghukumi, tapi simbah bilang ini berpotensi umuk dan pamer amal.
Pas sedang adem-ademnya liburan bareng di puncak, satu rombongan orang sedang membicarakan dahsyatnya hawa dingin disitu. Tiba-tiba ada yang nyeletuk, “Wah ini semua gak seberapa. Waktu saya wudhu di dekat Ka’bah pas haji kemaren, gigi saya hampir kemrutuk saking dinginnya. Tapi saya tahan. Nah jamaah yang lain itu pada ndrodog kedinginan…” Ungkapan ini biasa juga, namun berpotensi umuk, nunjukin bahwa dia sudah munggah kaji dan kuat ngadepi dingin.
Seorang mubaligh sedang menerangkan pada peserta pengajian, tentang bab tawadhu, dia bercerita, “Saat saya dipanggil bapak presiden ke istana kemarin, saya gak nyangka, saya yang dhoif ini diundang oleh beliau. Bahkan pada kesempatan itu saya diberi waktu untuk memberi tausiyah…” Sebenarnya ingin bercerita tentang tawadhu’, namun dia mencontohkan dirinya. Ini justru berpotensi umuk dan ujub. Kalo salah niat, bisa dipakai buat naikkan tarip amplopnya. Ha wong pernah ngisi pengajian di istana presiden je… mosok taripnya biasa, kudu punjul..

Lha, riya’ itu memang musuhnya ikhlas. Padahal riya’ itu syirik kecil. Makanya kita gak pernah tahu, amalan mana dari yang sudah kita amalkan itu yang diterima dan diganjar oleh Allah. Sudah berapa banyak ganjaran dan pahala kita dengan amalan kita… semua gak tahu.



"SEMUA Manusia akan hancur, kecuali mereka yang berilmu. Setiap orang yang berilmu akan hancur, kecuali orang-orang yang beramal. Setiap orang yang beramal akan hancur, kecuali orang-orang yang ikhlas. Setiap orang yang ihklas akan selalu menghadapi godaan Setan," tutur Imam Al Ghazali."

Cinta Sejati = Ikhlas ?

Ada beberapa teman yg berpendapat bahwa kalau kita mencintai seseorang ( yg kita bicarakan cinta cowok & cewek ) itu harus ikhlas. Mencintai tanpa pamrih. Rela berkorban tanpa berharap balasan. Duh buat saya hal tersebut adalah suatu kekonyolan luar biasa. Bagaimana mungkin kita mencintai seseorang, (yg pasti kita akan melakukan yg terbaik, berkorban waktu, materi, perasaan dll terhadap orang yg kita cintai) hanya untuk satu kata yg absurd yaitu “Ikhlas” ? Ikhlas itu suatu nuansa yg berbeda dgn yg namanya dunia cinta lawan jenis. Kalau kita mencintai , tentu kita berharap dia juga mencintai kita khan ? Jangan terlalu munafiklah. Hati kita ini gak mungkin bisa terima tersayat-sayat hancur berantakan sampai sesak nafas (kayak sakit asma, tapi sebenarnya sehat fisik) kalo ternyata yg kita cintai malah tidak mencintai kita. Yang timbul adalah kesedihan, kepedihan dan biasanya kita akan menjadi seorang yg melankolis, agak-agak puitis walaupun basi, karena memang bukan seniman tulen, tapi seniman dadakan karena keadaan tadi. Jadi yg masih berpikiran bahwa mencintai seseorang itu harus ikhlas, coba deh pikir lagi. Karena dampak yg terjadi kalau masih saja memegang prinsip ikhlas & rela adalah : 1. Sakit Hati tapi cuma bisa dipendam (ini bisa berdampak pada penyakit bermuram durja, suka melamun, jadi bijaksana tapi ngawur, dll) dan 2. Jadi orang munafik karena membohongi diri sendiri, ngakunya ikhlas tapi kok butuh obat napasin buat ngelonggarin pernafasan hehehe…
[ ini opini saya, yg gak setuju tunjuk tangan ! ]

“Ayat Ayat Cinta” Kenapa Baru Sekarang ?

Butuh waktu seminggu untuk ‘melumat’ novel berjudul “Ayat Ayat Cinta”. Pada awalnya saya membaca testimoni dari orang-orang beken di halaman muka novel tsb, tapi ah ternyata semua testimoni berisi pujian yang berlebihan untuk novel ini. Penasaran, akhirnya saya langsung membaca seluruh isi novel tsb, dan hasilnya ? Ugh Sial ! Kenapa baru sekarang saya baca ini novel ? Kenapa tidak dari masa kuliah dulu ? Kenapa ?
Beribu penyesalan terus menghujam isi kepala saya. Duh seandainya waktu bisa diputar ulang. Tapi ah itu terlalu cengeng sepertinya. Btw apa sih yg bikin novel tsb layak untuk dibaca dan patut diberi pujian yg tak habis-habisnya ?
Saya memandang novel tsb adalah sebuah cerita klasik tentang orang-orang yg berbudi luhur. Orang-orang yang memiliki pengetahuan agama yang baik dan di implementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Kisah bagaimana seseorang yang melakukan perbuatan baik pastinya akan menuai kebaikan pula, bahkan nilainya jauh lebih tinggi dibanding apa yg telah diperbuatnya. Kisah bagaimana kebaikan berhasil menembus sekat-sekat suku, bangsa & agama. “Ayat Ayat Cinta” berhasil membuat saya seperti “tertampar” secara halus dibalik untaian bahasa yang indah dan puitis. Sebuah pesan dan nasehat yang sangat dahsyat terangkai dalam cerita novel tsb. Ternyata ada “dunia lain” yang begitu indah di ujung sana yang tertulis dalam novel tsb. Dunia yang kasat mata dimana hanya bisa kita raih manakala terlepas segala busana kotor yang melekat di jiwa ini. “Ayat ayat Cinta” memberikan kontribusi kepada saya tentang makna kesantunan yang begitu lekat dengan kebaikan ditengah kebutaan kita menjalani hidup di dunia saat ini. Salut !

AkU nItip y yg....

"aNDai SAJA aKu bisa..."

Pudarnya Pesona Cleopatra

Dengan panjang lebar ibu menjelaskan, sebenarnya sejak ada dalan kandungan aku telah dijodohkan dengan Raihana yang tak pernah kukenal." Ibunya Raihana adalah teman karib ibu waktu nyantri di pesantren Mangkuyudan Solo dulu"

kata ibu.

"Kami pernah berjanji, jika dikarunia anak berlainan jenis akan besanan untuk memperteguh tali persaudaraan. Karena itu ibu mohon keikhlasanmu" , ucap beliau dengan nada mengiba.

Dalam pergulatan jiwa yang sulit berhari-hari, akhirnya aku pasrah. Aku menuruti keinginan ibu. Aku tak mau mengecewakan ibu. Aku ingin menjadi mentari pagi dihatinya, meskipun untuk itu aku harus mengorbankan diriku.

Dengan hati pahit kuserahkan semuanya bulat-bulat pada ibu. Meskipun sesungguhnya dalam hatiku timbul kecemasan-kecemasan yang datang begitu saja dan tidak tahu alasannya. Yang jelas aku sudah punya kriteria dan impian tersendiri untuk calon istriku. Aku tidak bisa berbuat apa-apa berhadapan dengan air mata ibu yang amat kucintai. Saat khitbah (lamaran) sekilas kutatap wajah Raihana, benar kata Aida adikku, ia memang baby face dan anggun.

Namun garis-garis kecantikan yang kuinginkan tak kutemukan sama sekali.
Adikku, tante Lia mengakui Raihana cantik, "cantiknya alami, bisa jadi bintang iklan Lux lho, asli ! kata tante Lia. Tapi penilaianku lain, mungkin karena aku begitu hanyut dengan gadis-gadis Mesir titisan Cleopatra, yang tinggi semampai, wajahnya putih jelita, dengan hidung melengkung indah, mata bulat bening khas arab, dan bibir yang merah. Di hari-hari menjelang pernikahanku, aku berusaha menumbuhkan bibit-bibit cintaku untuk calon istriku, tetapi usahaku selalu sia-sia.

Aku ingin memberontak pada ibuku, tetapi wajah teduhnya meluluhkanku. Hari pernikahan datang. Duduk dipelaminan bagai mayat hidup, hati hampa tanpa cinta, Pestapun meriah dengan emapt group rebana. Lantunan shalawat Nabipun terasa menusuk-nusuk hati. Kulihat Raihana tersenyum manis, tetapi hatiku terasa teriris-iris dan jiwaku meronta. Satu-satunya harapanku adalah mendapat berkah dari Allah SWT atas baktiku pada ibuku yang kucintai.
Rabbighfir li wa liwalidayya!

Layaknya pengantin baru, kupaksakan untuk mesra tapi bukan cinta, hanya sekedar karena aku seorang manusia yang terbiasa membaca ayat-ayatNya.
Raihana tersenyum mengembang, hatiku menangisi kebohonganku dan kepura-puraanku. Tepat dua bulan Raihana kubawa ke kontrakan dipinggir kota Malang.

Mulailah kehidupan hampa. Aku tak menemukan adanya gairah. Betapa susah hidup berkeluarga tanpa cinta. Makan, minum, tidur, dan shalat bersama dengan makhluk yang bernama Raihana, istriku, tapi Masya Allah bibit cintaku belum juga tumbuh. Suaranya yang lembut terasa hambar, wajahnya yang teduh tetap terasa asing. Memasuki bulan keempat, rasa muak hidup bersama Raihana mulai kurasakan, rasa ini muncul begitu saja. Aku mencoba membuang jauh-jauh rasa tidak baik ini, apalagi pada istri sendiri yang seharusnya kusayang dan kucintai. Sikapku pada Raihana mulai lain. Aku lebih banyak diam, acuh tak acuh, agak sinis, dan tidur pun lebih banyak di ruang tamu atau ruang kerja.

Aku merasa hidupku ada lah sia-sia, belajar di luar negeri sia-sia, pernikahanku sia-sia, keberadaanku sia-sia.

Tidak hanya aku yang tersiksa, Raihanapun merasakan hal yang sama, karena ia orang yang berpendidikan, maka diapun tanya, tetapi kujawab " tidak apa-apa koq mbak, mungkin aku belum dewasa, mungkin masih harus belajar berumah tangga" Ada kekagetan yang kutangkap diwajah Raihana ketika kupanggil 'mbak', " kenapa mas memanggilku mbak, aku kan istrimu, apa mas sudah tidak mencintaiku" tanyanya dengan guratan wajah yang sedih. "wallahu a'lam" jawabku sekenanya. Dengan mata berkaca-kaca Raihana diam menunduk, tak lama kemudian dia terisak-isak sambil memeluk kakiku, "Kalau mas tidak mencintaiku, tidak menerimaku sebagai istri kenapa mas ucapkan akad nikah?

Kalau dalam tingkahku melayani mas masih ada yang kurang berkenan, kenapa mas tidak bilang dan menegurnya, kenapa mas diam saja, aku harus bersikap bagaimana untuk membahagiakan mas, kumohon bukalah sedikit hatimu untuk menjadi ruang bagi pengabdianku, bagi menyempurnakan ibadahku didunia ini". Raihana mengiba penuh pasrah. Aku menangis menitikan air mata buka karena Raihana tetapi karena kepatunganku. Hari terus berjalan, tetapi komunikasi kami tidak berjalan. Kami hidup seperti orang asing tetapi Raihana tetap melayaniku menyiapkan segalanya untukku.

Suatu sore aku pulang mengajar dan kehujanan, sampai dirumah habis maghrib, bibirku pucat, perutku belum kemasukkan apa-apa kecuali segelas kopi buatan Raihana tadi pagi, Memang aku berangkat pagi karena ada janji dengan teman. Raihana memandangiku dengan khawatir. "Mas tidak apa-apa" tanyanya dengan perasaan kuatir. "Mas mandi dengan air panas saja, aku sedang menggodoknya, lima menit lagi mendidih" lanjutnya. Aku melepas semua pakaian yang basah. "Mas airnya sudah siap" kata Raihana. Aku tak bicara sepatah katapun, aku langsung ke kamar mandi, aku lupa membawa handuk, tetapi Raihana telah berdiri didepan pintu membawa handuk. "Mas aku buatkan wedang jahe" Aku diam saja. Aku merasa mulas dan mual dalam perutku tak bisa kutahan.

Dengan cepat aku berlari ke kamar mandi dan Raihana mengejarku dan memijit-mijit pundak dan tengkukku seperti yang dilakukan ibu. " Mas masuk angin. Biasanya kalau masuk angin diobati pakai apa, pakai balsam, minyak putih, atau jamu?" Tanya Raihana sambil menuntunku ke kamar. "Mas jangan diam saja dong, aku kan tidak tahu apa yang harus kulakukan untuk membantu Mas". " Biasanya dikerokin" jawabku lirih. " Kalau begitu kaos mas dilepas ya, biar Hana kerokin" sahut Raihana sambil tangannya melepas kaosku. Aku seperti anak kecil yang dimanja ibunya. Raihana dengan sabar mengerokin punggungku dengan sentuhan tangannya yang halus. Setelah selesai dikerokin, Raihana membawakanku semangkok bubur kacang hijau. Setelah itu aku merebahkan diri di tempat tidur. Kulihat Raihana duduk di kursi tak jauh dari tempat tidur sambil menghafal Al Quran dengan khusyu. Aku kembali sedih dan ingin menangis, Raihana manis tapi tak semanis gadis-gadis mesir titisan Cleopatra.

Dalam tidur aku bermimpi bertemu dengan Cleopatra, ia mengundangku untuk makan malam di istananya." Aku punya keponakan namanya Mona Zaki, nanti akan aku perkenalkan denganmu" kata Ratu Cleopatra. " Dia memintaku untuk mencarikannya seorang pangeran, aku melihatmu cocok dan berniat memperkenalkannya denganmu". Aku mempersiapkan segalanya. Tepat puku 07.00 aku datang ke istana, kulihat Mona Zaki dengan pakaian pengantinnya, cantik sekali. Sang ratu mempersilakan aku duduk di kursi yang berhias berlian.

Aku melangkah maju, belum sempat duduk, tiba-tiba " Mas, bangun, sudah jam setengah empat, mas belum sholat Isya" kata Raihana membangunkanku. Aku terbangun dengan perasaan kecewa. " Maafkan aku Mas, membuat Mas kurang suka, tetapi Mas belum sholat Isya" lirih Hana sambil melepas mukenanya, mungkin dia baru selesai sholat malam. Meskipun cuman mimpi tapi itu indah sekali, tapi sayang terputus. Aku jadi semakin tidak suka sama dia, dialah pemutus harapanku dan mimpi-mimpiku. Tapi apakah dia bersalah, bukankah dia berbuat baik membangunkanku untuk sholat Isya.

Selanjutnya aku merasa sulit hidup bersama Raihana, aku tidak tahu dari mana sulitnya. Rasa tidak suka semakin menjadi-jadi. Aku benar-benar terpenjara dalam suasana konyol. Aku belum bisa menyukai Raihana. Aku sendiri belum pernah jatuh cinta, entah kenapa bisa dijajah pesona gadis-gadis titisan Cleopatra.

" Mas, nanti sore ada acara qiqah di rumah Yu Imah. Semua keluarga akan datang termasuk ibundamu. Kita diundang juga. Yuk, kita datang bareng, tidak enak kalau kita yang dieluk-elukan keluarga tidak datang" Suara lembut Raihana menyadarkan pengembaraanku pada Jaman Ibnu Hazm. Pelan-pelan ia letakkan nampan yang berisi onde-onde kesukaanku dan segelas wedang jahe.

Tangannya yang halus agak gemetar. Aku dingin-dingin saja. " Maaf..maaf jika mengganggu Mas, maafkan Hana," lirihnya, lalu perlahan-lahan beranjak meninggalkan aku di ruang kerja. " Mbak! Eh maaf, maksudku D..Din..Dinda Hana!, panggilku dengan suara parau tercekak dalam tenggorokan. " Ya Mas!"
sahut Hana langsung menghentikan langkahnya dan pelan-pelan menghadapkan dirinya padaku. Ia berusaha untuk tersenyum, agaknya ia bahagia dipanggil "dinda". " Matanya sedikit berbinar. "Te..terima kasih Di..dinda, kita berangkat bareng kesana, habis sholat dhuhur, insya Allah," ucapku sambil menatap wajah Hana dengan senyum yang kupaksakan.

Raihana menatapku dengan wajah sangat cerah, ada secercah senyum bersinar dibibirnya. " Terima kasih Mas, Ibu kita pasti senang, mau pakai baju yang mana Mas, biar dinda siapkan? Atau biar dinda saja yang memilihkan ya?".
Hana begitu bahagia.

Perempuan berjilbab ini memang luar biasa, Ia tetap sabar mencurahkan bakti meskipun aku dingin dan acuh tak acuh padanya selama ini. Aku belum pernah melihatnya memasang wajah masam atau tidak suka padaku. Kalau wajah sedihnya ya. Tapi wajah tidak sukanya belum pernah. Bah, lelaki macam apa aku ini, kutukku pada diriku sendiri. Aku memaki-maki diriku sendiri atas sikap dinginku selama ini., Tapi, setetes embun cinta yang kuharapkan membasahi hatiku tak juga turun. Kecantikan aura titisan Cleopatra itu? Bagaimana aku mengusirnya. Aku merasa menjadi orang yang paling membenci diriku sendiri di dunia ini.

Acara pengajian dan qiqah putra ketiga Fatimah kakak sulung Raihana membawa sejarah baru lembaran pernikahan kami. Benar dugaan Raihana, kami dielu-elukan keluarga, disambut hangat, penuh cinta, dan penuh bangga. "

Selamat datang pengantin baru! Selamat datang pasangan yang paling ideal dalam keluarga! Sambut Yu Imah disambut tepuk tangan bahagia mertua dan bundaku serta kerabat yang lain. Wajah Raihana cerah. Matanya berbinar-binar bahagia. Lain dengan aku, dalam hatiku menangis disebut pasangan ideal.

Apanya yang ideal. Apa karena aku lulusan Mesir dan Raihana lulusan terbaik dikampusnya dan hafal Al Quran lantas disebut ideal? Ideal bagiku adalah seperti Ibnu Hazm dan istrinya, saling memiliki rasa cinta yang sampai pada pengorbanan satu sama lain. Rasa cinta yang tidak lagi memungkinkan adanya pengkhianatan. Rasa cinta yang dari detik ke detik meneteskan rasa bahagia.

Tapi diriku? Aku belum bisa memiliki cinta seperti yang dimiliki Raihana.
Sambutan sanak saudara pada kami benar-benar hangat. Aku dibuat kaget oleh sikap Raihana yang begitu kuat menjaga kewibawaanku di mata keluarga. Pada ibuku dan semuanya tidak pernah diceritakan, kecuali menyanjung kebaikanku sebagai seorang suami yang dicintainya. Bahkan ia mengaku bangga dan bahagia menjadi istriku. Aku sendiri dibuat pusing dengan sikapku. Lebih pusing lagi sikap ibuku dan mertuaku yang menyindir tentang keturunan. " Sudah satu tahun putra sulungku menikah, koq belum ada tanda-tandanya ya, padahal aku ingin sekali menimang cucu" kata ibuku. " Insya Allah tak lama lagi, ibu akan menimang cucu, doakanlah kami. Bukankah begitu, Mas?" sahut Raihana sambil menyikut lenganku, aku tergagap dan mengangguk sekenanya.

Setelah peristiwa itu, aku mencoba bersikap bersahabat dengan Raihana. Aku berpura-pura kembali mesra dengannya, sebagai suami betulan. Jujur, aku hanya pura-pura. Sebab bukan atas dasar cinta, dan bukan kehendakku sendiri aku melakukannya, ini semua demi ibuku. Allah Maha Kuasa. Kepura-puraanku memuliakan Raihana sebagai seorang istri. Raihana hamil. Ia semakin manis.

Keluarga bersuka cita semua. Namun hatiku menangis karena cinta tak kunjung tiba. Tuhan kasihanilah hamba, datangkanlah cinta itu segera. Sejak itu aku semakin sedih sehingga Raihana yang sedang hamil tidak kuperhatikan lagi. Setiap saat nuraniku bertanya" Mana tanggung jawabmu!" Aku hanya diam dan mendesah sedih. " Entahlah, betapa sulit aku menemukan cinta" gumamku.

Dan akhirnya datanglah hari itu, usia kehamilan Raihana memasuki bulan ke enam. Raihana minta ijin untuk tinggal bersama orang tuanya dengan alasan kesehatan. Kukabulkan permintaanya dan kuantarkan dia kerumahnya. Karena rumah mertua jauh dari kampus tempat aku mengajar, mertuaku tak menaruh curiga ketika aku harus tetap tinggal dikontrakan. Ketika aku pamitan, Raihana berpesan, " Mas untuk menambah biaya kelahiran anak kita, tolong nanti cairkan tabunganku yang ada di ATM. Aku taruh dibawah bantal, no.pinnya sama dengan tanggal pernikahan kita".

Setelah Raihana tinggal bersama ibunya, aku sedikit lega. Setiap hari Aku tidak bertemu dengan orang yang membuatku tidak nyaman. Entah apa sebabnya bisa demikian. Hanya saja aku sedikit repot, harus menyiapkan segalanya.
Tapi toh bukan masalah bagiku, karena aku sudah terbiasa saat kuliah di Mesir.

Waktu terus berjalan, dan aku merasa enjoy tanpa Raihana. Suatu saat aku pulang kehujanan. Sampai rumah hari sudah petang, aku merasa tubuhku benar-benar lemas. Aku muntah-muntah, menggigil, kepala pusing dan perut mual. Saat itu terlintas dihati andaikan ada Raihana, dia pasti telah menyiapkan air panas, bubur kacang hijau, membantu mengobati masuk angin dengan mengeroki punggungku, lalu menyuruhku istirahat dan menutupi tubuhku dengan selimut. Malam itu aku benar-benar tersiksa dan menderita. Aku terbangun jam enam pagi. Badan sudah segar. Tapi ada penyesalan dalam hati, aku belum sholat Isya dan terlambat sholat subuh. Baru sedikit terasa, andaikan ada Raihana tentu aku ngak meninggalkan sholat Isya, dan tidak terlambat sholat subuh.

Lintasan Raihana hilang seiring keberangkatan mengajar di kampus. Apalagi aku mendapat tugas dari universitas untuk mengikuti pelatihan mutu dosen mata kuliah bahasa arab. Diantaranya tutornya adalah professor bahasa arab dari Mesir. Aku jadi banyak berbincang dengan beliau tentang mesir. Dalam pelatihan aku juga berkenalan dengan Pak Qalyubi, seorang dosen bahasa arab dari Medan. Dia menempuh S1-nya di Mesir. Dia menceritakan satu pengalaman hidup yang menurutnya pahit dan terlanjur dijalani. "Apakah kamu sudah menikah?" kata Pak Qalyubi. "Alhamdulillah, sudah" jawabku. " Dengan orang mana?. " Orang Jawa". " Pasti orang yang baik ya. Iya kan? Biasanya pulang dari Mesir banyak saudara yang menawarkan untuk menikah dengan perempuan shalehah. Paling tidak santriwati, lulusan pesantren. Istrimu dari pesantren?". "Pernah, alhamdulillah dia sarjana dan hafal Al Quran". " Kau sangat beruntung, tidak sepertiku". " Kenapa dengan Bapak?" " Aku melakukan langkah yang salah, seandainya aku tidak menikah dengan orang Mesir itu, tentu batinku tidak merana seperti sekarang". " Bagaimana itu bisa terjadi?". "

Kamu tentu tahu kan gadis Mesir itu cantik-cantik, dank arena terpesona dengan kecantikanya saya menderita seperti ini. Ceritanya begini, Saya seorang anak tunggal dari seorang yang kaya, saya berangkat ke Mesir dengan biaya orang tua. Disana saya bersama kakak kelas namanya Fadhil, orang Medan juga. Seiring dengan berjalannya waktu, tahun pertama saya lulus dengan predkat jayyid, predikat yang cukup sulit bagi pelajar dari Indonesia.

Demikian juga dengan tahun kedua. Karena prestasi saya, tuan rumah tempat saya tinggal menyukai saya. Saya dikenalkan dengan anak gadisnya yang bernama Yasmin. Dia tidak pakai jilbab. Pada pandangan pertama saya jatuh cinta, saya belum pernah melihat gadis secantuk itu. Saya bersumpah tidak akan menikaha dengan siapapun kecuali dia. Ternyata perasaan saya tidak bertepuk sebelah tangan. Kisah cinta saya didengar oleh Fadhil. Fadhil membuat garis tegas, akhiri hubungan dengan anak tuan rumah itu atau sekalian lanjutkan dengan menikahinya. Saya memilih yang kedua.

Ketika saya menikahi Yasmin, banyak teman-teman yang memberi masukan begini, sama-sama menikah dengan gadis Mesir, kenapa tidak mencari mahasiswi Al Azhar yang hafal Al Quran, salehah, dan berjilbab. Itu lebih selamat dari pada dengan YAsmin yang awam pengetahuan agamanya. Tetpai saya tetap teguh untuk menikahinya. Dengan biaya yang tinggi saya berhasil menikahi YAsmin.
Yasmin menuntut diberi sesuatu yang lebih dari gadis Mesir.

Perabot rumah yang mewah, menginap di hotel berbintang. Begitu selesai S1 saya kembali ke Medan, saya minta agar asset yang di Mesir dijual untuk modal di Indonesia. KAmi langsung membeli rumah yang cukup mewah di kota Medan. Tahun-tahun pertama hidup kami berjalan baik, setiap tahunnya Yasmin mengajak ke Mesir menengok orang tuanya. Aku masih bisa memenuhi semua yang diinginkan YAsmin. Hidup terus berjalan, biaya hidup semakin nambah, anak kami yang ketiga lahir, tetapi pemasukan tidak bertambah. Saya minta YAsmin untuk berhemat. Tidak setiap tahun tetapi tiga tahun sekali YAsmin tidak bisa.

Aku mati-matian berbisnis, demi keinginan Yasmin dan anak-anak terpenuhi.
Sawah terakhir milik Ayah saya jual untuk modal. Dalam diri saya mulai muncul penyesalan. Setiap kali saya melihat teman-teman alumni Mesir yang hidup dengan tenang dan damai dengan istrinya. Bisa mengamalkan ilmu dan bisa berdakwah dengan baik. Dicintai masyarakat. Saya tidak mendapatkan apa yang mereka dapatkan. Jika saya pengin rending, saya harus ke warung. YAsmin tidak mau tahu dengan masakan Indonesia.

Kau tahu sendiri, gadis Mesir biasanya memanggil suaminya dengan namanya.
Jika ada sedikit letupan, maka rumah seperti neraka. Puncak penderitaan saya dimulai setahun yang lalu. Usaha saya bangkrut, saya minta YAsmin untuk menjual perhiasannya, tetapi dia tidak mau. Dia malah membandingkan dirinya yang hidup serba kurang dengan sepupunya. Sepupunya mendapat suami orang Mesir.

Saya menyesal meletakkan kecantikan diatas segalanya. Saya telah diperbudak dengan kecantikannya. Mengetahui keadaan saya yang terjepit, ayah dan ibu mengalah. Mereka menjual rumah dan tanah, yang akhirnya mereka tinggal di ruko yang kecil dan sempit. Batin saya menangis. Mereka berharap modal itu cukup untuk merintis bisnis saya yang bangkrut. Bisnis saya mulai bangkit, Yasmin mulai berulah, dia mengajak ke Mesir. Waktu di Mesir itulah puncak tragedy yang menyakitkan. " Aku menyesal menikah dengan orang Indonesia, aku minta kau ceraikan aku, aku tidak bisa bahagia kecuali dengan lelaki Mesir".
Kata Yasmin yang bagaikan geledek menyambar. Lalu tanpa dosa dia bercerita bahwa tadi di KBRI dia bertemu dengan temannya. Teman lamanya itu sudah jadi bisnisman, dan istrinya sudah meninggal.

Yasmin diajak makan siang, dan dilanjutkan dengan perselingkuhan. Aku pukul dia karena tak bisa menahan diri. Atas tindakan itu saya dilaporkan ke polisi. Yang menyakitkan adalah tak satupun keluarganya yang membelaku.
Rupanya selama ini Yasmin sering mengirim surat yang berisi berita bohong.
Sejak saat itu saya mengalami depresi. Dua bulan yang lalu saya mendapat surat cerai dari Mesir sekaligus mendapat salinan surat nikah Yasmin dengan temannya. Hati saya sangat sakit, ketika si sulung menggigau meminta ibunya pulang".

Mendengar cerita Pak Qulyubi membuatku terisak-isak. Perjalanan hidupnya menyadarkanku. Aku teringat Raihana. Perlahan wajahnya terbayang dimataku, tak terasa sudah dua bualn aku berpisah dengannya. Tiba-tiba ada kerinduan yang menyelinap dihati. Dia istri yang sangat shalehah. Tidak pernah meminta apapun. Bahkan yang keluar adalah pengabdian dan pengorbanan. Hanya karena kemurahan Allah aku mendapatkan istri seperti dia. Meskipun hatiku belum terbuka lebar, tetapi wajah Raihana telah menyala didindingnya. Apa yang sedang dilakukan Raihana sekarang? Bagaimana kandungannya? Sudah delapan bulan. Sebentar lagi melahirkan. Aku jadi teringat pesannya. Dia ingin agar aku mencairkan tabungannya.

Pulang dari pelatihan, aku menyempatkan ke took baju muslim, aku ingin membelikannya untuk Raihana, juga daster, dan pakaian bayi. Aku ingin memberikan kejutan, agar dia tersenyum menyambut kedatanganku. Aku tidak langsung ke rumah mertua, tetapi ke kontrakan untuk mengambil uang tabungan, yang disimpan dibawah bantal. Dibawah kasur itu kutemukan kertas Merah jambu. Hatiku berdesir, darahku terkesiap. Surat cinta siapa ini, rasanya aku belum pernah membuat surat cinta untuk istriku. Jangan-jangan ini surat cinta istriku dengan lelaki lain. Gila! Jangan-jangan istriku serong. Dengan rasa takut kubaca surat itu satu persatu. Dan Rabbi�?�ternyata surat-surat itu adalah ungkapan hati Raihana yang selama ini aku zhalimi. Ia menulis, betapa ia mati-matian mencintaiku, meredam rindunya akan belaianku. Ia menguatkan diri untuk menahan nestapa dan derita yang luar biasa. Hanya Allah lah tempat ia meratap melabuhkan dukanya. Dan ya .. Allah, ia tetap setia memanjatkan doa untuk kebaikan suaminya.
Dan betapa dia ingin hadirnya cinta sejati dariku.

"Rabbi dengan penuh kesyukuran, hamba bersimpuh dihadapan-Mu. Lakal hamdu ya Rabb. Telah muliakan hamba dengan Al Quran. Kalaulah bukan karena karunia-Mu yang agung ini, niscaya hamba sudah terperosok kedalam jurang kenistaan. Ya Rabbi, curahkan tambahan kesabaran dalam diri hamba" tulis Raihana.

Dalam akhir tulisannya Raihana berdoa" Ya Allah inilah hamba-Mu yang kerdil penuh noda dan dosa kembali datang mengetuk pintumu, melabuhkan derita jiwa ini kehadirat-Mu. Ya Allah sudah tujuh bulan ini hamba-Mu ini hamil penuh derita dan kepayahan. Namun kenapa begitu tega suami hamba tak mempedulikanku dan menelantarkanku. Masih kurang apa rasa cinta hamba padanya. Masih kurang apa kesetiaanku padanya. Masih kurang apa baktiku padanya? Ya Allah, jika memang masih ada yang kurang, ilhamkanlah pada hamba-Mu ini cara berakhlak yang lebih mulia lagi pada suamiku.

Ya Allah, dengan rahmatMu hamba mohon jangan murkai dia karena kelalaiannya.
Cukup hamba saja yang menderita. Maafkanlah dia, dengan penuh cinta hamba masih tetap menyayanginya. Ya Allah berilah hamba kekuatan untuk tetap berbakti dan memuliakannya. Ya Allah, Engkau maha Tahu bahwa hamba sangat mencintainya karena-Mu. Sampaikanlah rasa cinta ini kepadanya dengan cara-Mu. Tegurlah dia dengan teguran-Mu. Ya Allah dengarkanlah doa hamba-Mu ini. Tiada Tuhan yang layak disembah kecuali Engkau, Maha Suci Engkau".

Tak terasa air mataku mengalir, dadaku terasa sesak oleh rasa haru yang luar biasa. Tangisku meledak. Dalam tangisku semua kebaikan Raihana terbayang. Wajahnya yang baby face dan teduh, pengorbanan dan pengabdiannya yang tiada putusnya, suaranya yang lembut, tanganya yang halus bersimpuh memeluk kakiku, semuanya terbayang mengalirkan perasaan haru dan cinta. Dalam keharuan terasa ada angina sejuk yang turun dari langit dan merasuk dalam jiwaku. Seketika itu pesona Cleopatra telah memudar berganti cinta Raihana yang datang di hati. Rasa sayang dan cinta pada Raihan tiba-tiba begitu kuat mengakar dalam hatiku. Cahaya Raihana terus berkilat-kilat dimata. Aku tiba-tiba begitu merindukannya. Segera kukejar waktu untuk membagi Cintaku dengan Raihana.

Kukebut kendaraanku. Kupacu kencang seiring dengan air mataku yang menetes sepanjang jalan. Begitu sampai di halaman rumah mertua, nyaris tangisku meledak. Kutahan dengan nafas panjang dan kuusap air mataku. Melihat kedatanganku, ibu mertuaku memelukku dan menangis tersedu- sedu. Aku jadi heran dan ikut menangis. " Mana Raihana Bu?". Ibu mertua hanya menangis dan menangis. Aku terus bertanya apa sebenarnya yang telah terjadi.

" Raihanaï...istrimu. .istrimu dan anakmu yang dikandungnya" . " Ada apa dengan dia". " Dia telah tiada". " Ibu berkata apa!". " Istrimu telah meninggal seminggu yang lalu. Dia terjatuh di kamar mandi. Kami membawanya ke rumah sakit. Dia dan bayinya tidak selamat. Sebelum meninggal, dia berpesan untuk memintakan maaf atas segala kekurangan dan kekhilafannya selama menyertaimu.

Dia meminta maaf karena tidak bisa membuatmu bahagia. Dia meminta maaf telah dengan tidak sengaja membuatmu menderita. Dia minta kau meridhionya" .
Hatiku bergetar hebat. " kenapa ibu tidak memberi kabar padaku?". "

Ketika Raihana dibawa ke rumah sakit, aku telah mengutus seseorang untuk menjemputmu di rumah kontrakan, tapi kamu tidak ada. Dihubungi ke kampus katanya kamu sedang mengikuti pelatihan. Kami tidak ingin mengganggumu. Apalagi Raihana berpesan agar kami tidak mengganggu ketenanganmu selama pelatihan. Dan ketika Raihana meninggal kami sangat sedih, Jadi Maafkanlah kami".

Aku menangis tersedu-sedu. Hatiku pilu. Jiwaku remuk. Ketika aku merasakan cinta Raihana, dia telah tiada. Ketika aku ingin menebus dosaku, dia telah meninggalkanku. Ketika aku ingin memuliakannya dia telah tiada. Dia telah meninggalkan aku tanpa memberi kesempatan padaku untuk sekedar minta maaf dan tersenyum padanya. Tuhan telah menghukumku dengan penyesalan dan perasaan bersalah tiada terkira.

Ibu mertua mengajakku ke sebuah gundukan tanah yang masih baru dikuburan pinggir desa. Diatas gundukan itu ada dua buah batu nisan. Nama dan hari wafat Raihana tertulis disana. Aku tak kuat menahan rasa cinta, haru, rindu dan penyesalan yang luar biasa. Aku ingin Raihana hidup kembali. Dunia tiba-tiba gelap semua ........

Sumber :
Buku : Pudarnya Pesona Cleopatra ( Novel Psikologi Islam Pembangun Jiwa )
Karangan : Habiburrahman El Shirazy ( Penulis Novel best seller Ayat-ayat cinta)

Renungan hati 'Kun Fayakun'

Renungan Hati

kun fayakun..!

Ketika itu aku membuka kehidupan yang nyata, kupersiapkan hati dan mata hatiku untuknya. Namun kuutamakan hati karena memang dia yang paling utama, hati yang mampu tuk memecahkan alam semesta dengan batuan mata.
Manakala malam semakin terasa, hatiku terus berbisik dan berbincang dengan sang penguasa. Hanya saja mataku tak kuasa untuk berkata, aku terdiam membisu dan kemudian jatuh diatas bumi, jasmani yang bersamaku telah pergi terbawa angin malam.
Kudengar seorang makhluk memanggilku sembari berkata, "Hai! lihat alam memanggilmu". Aku terbangun dan kemudian jatuh kembali, kemudian suara itu muncul kembali, "Hai….! lihat makhluk alam disampingmu". Aku terbangun dan lari tersiram air, aku kembali berdiri diatas bumi, jasmani dan jiwaku kembali menyatu.
Akupun melanjutkan perjalananku menuju kehidupan yang nyata, dipertengahan jalan aku menemukan satu titik yang cahayanya mengalahkan seisi langit dan bumi, entah mengapa setelah kutemukan satu titik itu badanku terasa bergetar dan hatiku termenung sambil merasakan ketakjuban yang luar biasa, aku dan jiwaku semakin tak nampak diatas bumi, yang aku rasakan adalah melayang diatas bumi, akupun kembali meneruskan perjalananku sambil melayang diatas bumi, kutatapi satu cahaya itu ia semakin mendekat dan semakin mendekat.
Terlihat debu melingkar disampingnya dengan mengeluarkan suara merdu, suara itu berbunyi, "Aku penuhi panggilanmu wahai penguasa cahaya yang abadi". Suara itu terus- menerus terdengar di telinga sehingga lantunannya menciptakan irama musik Ilahiah.
Seandainya lantunannya terdengar oleh tanah yang tandus, niscaya akan tumbuh kembali bunga-bunga yang mempesona dimata, seandainya terdengar oleh makhluk yang tak bisa melihat niscaya mereka akam segera melihat alam dengan penglihtan yang sangat jelas, seandainya terdengar oleh orang yang sedang dimabuk bara emosi maka akan padam dan berubah menjadi air yang menyejukan, suara merdu itu terus bergema di telinga sehingga ketika sampai di hati tanaman surga yang tumbuh didalamnya tiba-tiba berbunga dengan subur, mata hati yang tadinya tertutup sekarang terbuka dengan lebar, emosi yang tersimpan dalam jiwa padam tersiram oleh suara yang merdu itu. Kekuatan musik Ilahiah itu memang benar-benar sangat dahsyat dan menakjubkan.
Kekuatan Ilahiah itu datang bersama hati yang sngat bersih, aku merasakan getaran dalam jiwa semakin terasa, aku sudah tak tahan lagi dengan kekuatan yang sangat dahsyat ini. Jasmaniku yang tak mampu lagi untuk menerimanya. Akhirnya badanku hancur tak tertahankan akibat dari dahsyatnya kekuatan musik Ilahiah itu. Rupanya masih ada yang tertinggal dari kepingan badanku, ia utuh selamanya, dia adalah jiwa yang mulia
Kini aku menyadari bahwa aku masih hidup dan bisa bernafas dengan jiwa karena sebenarnya aku bernafas bukan dengan paru-paru atau jantung, aku bernafas dengan jiwa, jiwa hidup dalam hati, hati hidup karena Ilahi.
Tiap udara yang aku hembuskan dari hati, berubah menjadi kalimat Tuhan yang berbunyi "Kun Fayakun! Jadi, maka jadilah!" Kemudian terciptalah aku yang kedua kalinya dengan bentuk yang lebih baik, hati yang berhiaskan sopan santun dan bijaksana. Sekarang aku tidak hanya melayang diatas bumi melainkan berada di singgasana Tuhan, perjalananku berakhir disinggasananya, sekarang aku berada disampingNya dalam bentuk yang sempurna.
Aku melihat bumi dari kejauhan mata dan hati, sekarang aku hidup disinggasana Tuhan yang mulia. Aku turun ke bumi hanya sekedarnya saja guna memenuhi panggilan hidup, sedangkan sisanya akan kupersembahkan untuk selalu bercinta dengan Tuhan.

tragedi FITNAH

Tentang Film “Fitna”

Islamisme mungkin bertentangan secara diametral dengan budaya pencerahan. Tetapi, Islam, saya rasa tidak, meskipun tidak seluruhnya ada kesejajaran antara keduanya. Saya percaya bahwa Islam bisa menampung nilai-nilai pencerahan Eropa. Jangan dilupakan pula, bahwa sejarah pencerahan Eropa tak terpisahkan dari Islam pula. Beberapa gagasan para pemikir Muslim menjadi ilham bagi para humanis Eropa pada abad 16 dan 17.

Tentang Geert Wilders dengan film ”Fitna”nya, kita harus sadar bahwa fenomena Geert Wilders ini tidak menggambarkan sikap masyarakat Barat secara keseluruhan. Di satu pihak, kita melihat orang seperti Wilders yang sangat benci Islam ini. Tetapi di pihak lain kita juga melihat fenomena Kardinal Rowan William, Uskup Canterbury, yang baru-baru ini juga menggegerkan publik Barat karena memberikan kemungkinan kepada syariat Islam untuk ditampung dalam hukum komunitas yang berlaku di Inggris.

Kecurigaan dan praduga negatif terhadap Islam sudah pasti ada dalam masyarakat Barat hingga saat ini. Sebagaimana praduga yang sama juga ada dalam Islam terhadap Kristen dan Barat. Tetapi, dalam pengamatan saya, kecenderungan masyarakat di Barat secara umum adalah justru mengarah kepada sikap yang makin positif terhadap kebudayaan-kebudayaan yang berbeda. Tentu, saya berbicara mengenai kecenderungan umum.

Insiden-insiden ke arah sebaliknya tentu ada, dan akan terus ada. Tetapi kalau kita lihat bentangan sejarah masyarakat Barat, perkembangan terakhir ini tentu jauh berbeda dengan sikap-sikap mereka seabad yang lalu, misalnya. Sekarang, masyarakat Barat sudah pelan-pelan mulai meninggalkan "euro-sentrisme" mereka, meskipun dalam beberapa hal mereka masih gagal. Jangan lupa, masyarakat Barat menempuh jalan yang berliku dan sulit sekali untuk mencapai keadaan seperti sekarang ini.

Saya sendiri melihat fenomena Wilders ini sebagai cerminan dari rasa tak aman berhadapan dengan serbuan budaya baru yang datang dari luar Eropa. Wilders antara lain mengatakan bahwa masyarakat Eropa harus mempertahankan budaya pencerahan, dan menolak serbuan ideologi Islam dan Islamisme. Pendapat dia ini, hingga tingkat tertentu, ada benarnya. Kita harus bedakan antara Islamisme dan Islam. Islamisme mungkin bertentangan secara diametral dengan budaya pencerahan. Tetapi, Islam, saya rasa, tidak, meskipun tidak seluruhnya ada kesejajaran antara keduanya. Saya percaya bahwa Islam bisa menampung nilai-nilai pencerahan Eropa. Jangan dilupakan pula, bahwa sejarah pencerahan Eropa tak terpisahkan dari Islam pula. Beberapa gagasan para pemikir Muslim menjadi ilham bagi para humanis Eropa pada abad 16 dan 17.

Di segi yang lain, Wilders ini juga cerminan dari "religious illiteracy" yang ada dalam masyarakat Barat saat ini. Karena sekularisasi yang berlangsung lama, masyarakat Barat tidak mendapatkan pendidikan dan informasi yang cukup tentang kekayaan tradisi agama-agama besar dunia. Saat mereka membaca suatu Kitab Suci yang mengandung ajaran-ajaran yang bertentangan dengan rasionalisme, mereka langsung kaget bukan main. Ini yang menjelaskan pernyataan Wilders yang sangat keras tentang Islam. Semua Kitab Suci agama mengandung sejumlah statemen yang bermasalah dilihat dari sensibilitas modern, jika dipahami secara harafiah.

Wilders sebetulnya berdiri pada sisi yang sama dengan kaum fundamentalis di mana-mana: yakni memahami teks agama lepas dari konteksnya, dan mengabaikan kerumitan sejarah penafsiran teks agama. Beda Wilders dengan kaum fundamentalis hanya satu: sementara Wilders mengutuk teks agama itu, kaum fundamentalis memeluknya erat-erat selama 24 jam.

Jumat, 11 April 2008

Cermin Kehidupan

Kaca cermin adalah salah satu perabot yang biasa ada dimana-mana.
> Ada cermin satu arah dan ada cermin dua arah.
> Cermin satu arah biasa digunaan orang untuk melihat bayangan diri
yang terpantul.
>
> Sedangkan cermin dua arah biasa digunakan untuk keperluan khusus,
> misalnya keperluan penelitian atau penyidikkan kepolisian.
> Dimana cermin di pasang untuk digunakan mengobservasi target.
> Tapi cermin dua arah juga bisa digunakan untuk hal kurang baik.
> Misalnya mengintip (Memperhatikan orang tanpa si orang tersebut
tahu/sadar sedang diperhatikan) .
> Biasanya di pasang di kamar mandi/ di kamar ganti.
> Penggunaan cermin dua arah pernah menjadi perhatian besar
masyarakat,
> ketika pemilik agen pencari bakat memasang cermin tersebut di
ruang ganti.
> Dari internet, saya melihat rekaman gambar sejumlah artis yang
kini namanya sudah di kenal baik di bidang musik, sinetron atau
layar lebar, tengah berganti pakaian di sebuah ruangan. Sebagian
besar tubuh mereka terlihat dengan jelas. Memang sangat tidak etis.
Akibatnya, banyak orang terutama kaum perempuan menjadi waspada dan
lebih hati-hati jika berada dalam sebuah ruangan yang ada cerminnya.
> Beberapa orang memberikan tips untuk mengetahui cermin tersebut
dua arah atau satu arah, salah satunya dengan menempelkan ujung
jari/kuku. Jika jari/kuku kita menempel dengan bayangan jari/kuku
yang dipantulkan di cermin berarti itu cermin dua arah. Sebaliknya
jika jari/kuku tidak menempel pada bayangan jari/kuku yang
dipantulkan cermin, berarti itu cermin satu arah.
> Dengan cermin, seseorang dapat dibantu melihat bagian tubuh yang
tidak dapat di lihat langsung. Dengan cermin, seseorang bisa
memandang bayangan diri. Ini berguna untuk merapihkan jika
penampilan terlihat kurang baik.
> Pernahkah anda menggunakan cermin kehidupan? Yaitu cermin yang
dapat digunakan untuk melihat hasil dari prilaku anda dalam melakoni
kehidupan. Pernahkah anda merasa was-was jika berada dekat dengan
cermin kehidupan? Coba, sejenak anda berdiam diri, pandanglah cermin
kehidupan anda, apa yang terlihat. Baik , buruk atau biasa saja?
> Tapi nanti dulu, mana cermin kehidupannya? Lalu dengan apa
melihat cermin kehidupan tersebut? Siapa yang menggunakan cermin
kehidupan? Dimana bisa melihat cermin kehidupan?
> Cermin kehidupan adalah gambaran diri kita yang
disampaikan/ dilihat/di rasakan masyarakat sekitar kita. Atau dengan
kata lain, pendapat orang tentang kita, itulah cermin kehidupan.
Perbuatan diri akan menjadi cermin bagi diri sendiri. Masyarakat di
sekeliling akan menjadi cermin kehidupan yang akan memantulkan
gambaran bayangan tentang prilaku sehari-hari.
> Jika anda senantiaa berprilaku baik, menjadi teladan dan selalu
berbuat baik maka kebaikan anda akan terpantul cermin kehidupan,
atau sebaliknya masyarakat sekitar malah merefleksikan cermin
kehidupan yang kurang baik tentang anda.
> Hasil bayangan dari cermin kehidupan memantulkan bayangan dari
perbuatan nyata sehari-hari. Cermin kehidupan bisa digunakan setiap
saat dan dimana saja dengan menggunakan hati nurani. Karena hanya
hati nurani yang dapat melihat pantulan cermin kehidupan. Nurani
yang bagaimana? Nurani yang selalu terasah oleh ibadah. Dengan iman
ibadah yang baik, kita bisa lapang dada menerima pendapat orang
tentang kita.
> Nurani yang bersinar dengan mudah menangkap pantulan bayangan
dari cermin kehidupan. Dan anda tak perlu repot-repot berdiri depan
cermin lalu bertanya: "Cermin-cermin katakan, apakah prilaku-ku
sudah sesuai dengan kehendak Tuhan? Cermin tak akan menjawab, tapi
nurani anda akan melihat pantulan bayangan itu. Siapa dan bagaimana
bayangan anda akan dipantulkan cermin kehidupan sama dan persis
dengan apa yang sudah anda lakukan dalam kehidupan nyata sehari-hari.
> Jika di kantor polisi dan beberapa kantor yang pernah saya
masuki, memasang cermin besar di ruang penerimaan tamu dan di salah
satu sisinya terpasang pesan: Sudah rapihkan penampilan anda? Maka
di setiap hati kita, selalu ada cermin kehidupan dengan pesan "Sudah
rapihkah iman dan ibadah perbuatan kita?" Semoga cermin kehidupan
membantu tiap-tiap individu untuk menjaga iman dan ibadah
perbuatannya agar selalu rapih dan baik.

Selasa, 08 April 2008

Ketika Cinta Bertasbih

Karya terbaru penulis Ayat Ayat Cinta, Habiburrahman El Shirazy menghadirkan ke hadapan Anda novel dwilogi Ketika Cinta Bertasbih. Jika dalam Novel yang sudah dicetak lebih dari 20 kali itu dan konon mencapai 160.000 eksemplar, Fahri merupakan tokoh sentral dikelilingi bidadari Aisyah, Nurul dan Mariam, maka kali ini Kang Abik - sapaan akrabnya - mengangkat cinta dan entrepreneur.

Bagaimana hubungan antara cinta dan entrepreuner ? Saya juga termasuk yang penasaran ketika dalam wawancara Kang Abik mengungkapkannya.

Namun sebelum berlanjut dengarkan dulu ulasannya dalam Kabar Buku BBC yang disiarkan 10 Maret 2007.

Saya juga sempat berbincang panjang dengan Kang Abik mengenai novel terbarunya ini ketika dia baru saja mendarat di Surabaya dari Hongkong.

Ketika Cina bertasbih ini menggambarkan perjuangan seorang mahasiwa di Mesir, Abdullah Khairul Azzam dalam membela adik-adiknya di Indonesia. Dia terpaksa berdagang untuk menghidup keluarganya meski terpaksa menunda studinya. Dia ternyata seorang cerdas. Sementara seorang mahasiwa cemerlang lainnya terkena AIDS. Liku-liku cinta tetap menghiasi buku ini meski Kang Abik bilang lebih kepada cinta keluarga dan entrepreneur.